4/21/2013

Kisah Nyata Djuniman yang Terobsesi Pada Uang


Djuniman lahir dari keluarga kurang berada. Sejak kecil ia harus membantu orangtua berjualan. Setiap pergi sekolah, ia membawa sejumlah makanan untuk dijual di kantin sekolahnya. Begitu waktu pulang tiba, ia memberikan hasil sisa jualan dan uang kepada ibunya.

Namun aktivitas keseharian ini tak pernah ia tunjukkan secara terbuka. Pasalnya, ia malu jika teman-teman mengetahui keadaan keluarganya yang sebenarnya. Jadi, setiap ia menitipkan jualan ibu, itu selalu pada saat teman-temannya tidak ada di sekolah.

Bila ada teman yang meminta tolong mengantarkan pulang, Djuniman selalu menolak karena faktanya ia memang tidak memiliki mobil atau supir yang dapat mengantar jemput dirinya.

Meski terbilang cilik, Djuniman sudah terobsesi akan uang. Dalam pikirannya saat itu, dengan uang ia bisa melakukan apa saja yang ia mau.

Beranjak remaja, keinginannya untuk memiliki banyak uang semakin kuat setelah sang ayah memarahi dirinya pada satu kesempatan. "Kalau belum sukses jangan pulang ke rumah, cari duit yang banyak," ucap Djunaedi meniru kata-kata sang ayah.

Perlahan tapi pasti, apa yang ia dambakan terwujud beberapa tahun kemudian. Mengambil profesi sebagai mucikari PSK-PSK, ratusan ribu bahkan jutaan rupiah dengan cepat masuk ke kantong pribadinya.

Djunaedi begitu tenggelam dengan banyaknya uang yang ia miliki. Seks bebas dan kehidupan malam adalah dua hal yang tidak pernah ia lewatkan hari demi hari.

Menikah

Suatu waktu, ia berkenalan dengan seorang perempuan yang merupakan karyawan dimana ia biasa bekerja. Berawal dari mengantarkan pulang, benih-benih cinta bertumbuh dan terus bersemi diantara mereka.

Setelah menjalani hubungan pacaran, Djunaedi dan wanita itu akhirnya mengikatkan janji pernikahan. Satu anak perempuan yang cantik pun hadir dalam kehidupan mereka.

Walau telah menjadi suami dan ayah, pekerjaan di dunia malam tidak ditinggalkan oleh Djunaedi. Permintaan istri untuk melepaskan profesi itu tak digubrisnya.

Merasa semua aman-aman saja, Djunaedi menjalani hari-hari seperti biasa. Sampai satu ketika, saat ia pulang bekerja, ia terkaget karena ia mendapati surat dari istrinya dan anak semata wayang mereka di kamar. Dalam surat tersebut, sang istri mengatakan pergi dan tidak tahu kapan akan kembali.

Hidup Tanpa Istri

Menjalani peran sebagai ibu yang mengurus anak dan rumah sangatlah berat bagi Djunaedi. Ia bahkan kehabisan tenaga dan akal melakukan semuanya seorang diri. Sebuah keputusan sulit pun ia ambil. Dengan perasaan berat hati, putri satu-satu yang dimiliki ia titipkan kepada saudaranya yang sudah menikah.

Masuk Penjara

Hidup sebagai seorang lajang memudahkan Djunaedi bekerja. Dalam hitungan beberapa tahun, jabatan manager di sebuah klab malam pun disandangnya.

Biarpun sudah memiliki penghasilan yang besar, Djunaedi tetap saja merasa kekurangan. Demi meraup uang lebih banyak lagi, ia melakukan kerja sambilan yakni sebagai pengedar narkoba. Sekali, dua kali, usaha untuk menjual narkoba sukses. Sampai suatu saat, polisi melakukan razia di tempat dimana ia sedang melakukan transaksi. Tanpa banyak bicara, ia pun digelandang ke kantor kepolisian.

Sebagai pertanggungjawaban atas apa yang dia kerjakan, Djunaedi harus mendekam di penjara beberapa waktu lamanya.

Kembali Jadi Pengedar Narkoba

Selesai menjalani hukuman, Djunaedi keluar dari LP. Namun bukannya sadar, ia justru kembali menjadi pengedar narkoba. Tertarik keuntungan besar yang didapat, ia bergaul lagi dengan barang haram tersebut. Hasilnya, ia memperoleh banyak uang lagi.

Rindu Anak

Gelimang harta yang ia miliki ternyata hanya sesaat saja membuatnya bahagia. Kerinduan untuk melihat anak yang pernah dititipkan ke saudaranya begitu mengusik pikirannya. Dengan sebuah tekad bulat, Djunaedi akhirnya mendatangi sekolah putrinya. Lewat bantuan teman putrinya, perjumpaan ayah dan anak terlaksana.

Awalnya pertemuan itu terasa indah, hingga sampai ketika Djunaedi mengutarakan siapakah dirinya yang sebenarnya. Tersontak dengan pengakuan pria yang ada di depannya, putrinya ini langsung bereaksi. Dengan nada marah, sang putrinya mengatakan bahwa dirinya sudah bahagia dengan keluarganya sekarang dan ia tidak mau hidup bersama pria yang sudah meninggalkannya belasan tahun. Menghormati keputusan putrinya itu, Djunaedi memutuskan pulang dengan perasaan sedih.
Masuk Penjara Lagi

Ingin melupakan perasaan sedihnya, Djunaedi kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa yakni menjadi manager diskotik dan penjual narkoba. Hari lepas hari, malam lepas malam semua kegiatannya berjalan lancar. Hingga satu kejadian mengejutkan dialaminya lagi.

Tanpa diduga-duga, ia ternyata masuk dalam perangkap polisi yang sudah mengincarnya sebagai pengedar narkoba kambuhan. Vonis empat tahun penjara pun harus dilaluinya.

Bertemu Istri

Mendekam dalam penjara membawanya bertemu dengan istri yang meninggalkannya bertahun-tahun lamanya. Pada satu hari di waktu kunjungan kerabat narapidana, sang istri menemui Djunaedi.

Tanpa banyak basa-basi, sang istri menanyakan berapa lama ia dipenjara. Ketika mengetahui ia disana akan selama empat tahun, sang istri segera meminta cerai darinya. Hancur sudah perasaan Djunaedi mendengarkan itu. Satu persatu orang yang dicintainya menghempaskan dirinya.

Berjumpa Tuhan

Kembali ke sel, pikiran Djunaedi penuh dengan pertanyaan. Mengapa keadaannya harus seperti ini? Pusing dengan kenyataan, sebuah lagu rohani tiba-tiba terlintas di pikirannya.

Merasa dikuatkan dengan lagu tersebut, lagu itu terus didendangkannya ketika seorang diri. Keesokan hari, di kala semua teman selnya sudah tertidur, ia mendapat sebuah pemandangan berbeda.

Di hadapannya, ia melihat sesosok tubuh penuh sinar terang. Sosok itu berdiri di depannya dan mengajaknya untuk segera kembali pada sosok tersebut. Selesai mengatakan saatnya bertobat, sosok itu pun hilang dari hadapannya.

Heran dengan apa yang dialami, Djunaedi pun memikirkannya semalam-malaman. Keesokan hari, dengan buru-buru ia pun menghadiri sebuah persekutuan rutin yang ada di LP dimana ia berada. Selepas ibadah, ia menanyakan kepada salah satu pelayan ibadah mengenai peristiwa belum lama ini ia alami.

"Mereka katakan bahwa itu benar-benar Tuhan. Tuhan itu datang sendiri kepada pribadi kamu dan saat kamu mendengar saatnya ini sudah tiba anak-Ku, itu benar-benar kamu harus bertobat. Jadi sosok berjubah putih itu, yang mengulurkan kedua tangan-Nya, saya yakin bahwa itu adalah Yesus, Pribadi yang mau menebus orang dari dosa," tukas Djunaedi.

Hidup Baru

Pengalaman spiritual yang dialaminya membawa Djunaedi pada satu titik paling penting dalam kehidupannya. Tanpa menunggu sebuah acara KKR besar, ia mengambil keputusan untuk bertobat dan hidup sesuai firman Tuhan. "Saya menyerahkan sepenuhnya diri saya untuk menjadi hamba-Nya yang setia," tuturnya.

Sesudah memutuskan dan menjalani hidup baru, ia akhirnya mengerti kalau uang bukanlah segala-galanya supaya ia bisa diterima dan diakui orang lain.

Walau sekarang hidup pas-pasan, ia tidak pernah menyesali keputusan menjadi pengikut Kristus karena di saat-saat sulit yang ia alami, ia justru tetap melihat keajaiban Tuhan.

Sampai kini, pungkas Djuniman, ia tidak pernah mengalami kekurangan apapun. Sungguh Tuhan bekerja nyata dalam kehidupan pria ini!


Sumber Kesaksian :

Djuniman

No comments:

Post a Comment






Klik Icon "GUEST" untuk memulai Chat bersama kami

Follow ya bloggers :) twitternya sudah ane setting, jadi setiap ada update lagu terbaru, otomatis muncul ditwitter