4/30/2013

One Way – A Better World

Selamat Malam teman-teman :)


Ijin share lagu terbaru dari One Way judulnya A Better World


Track Listnya :

1. Dunia
2. Kisah Yang Megah
3. Seribu Tahun Lagi
4. Menarilah Denganku
5. Bagaimana Dengan Mereka
6. Terus Berjuang
7. Bangkit Neg'riku
8. Engkau Adalah Bintang
9. A Better World

Link Downloadnya :

Download via Indowebster disini

Passwordnya :

yepitro1986


4/22/2013

Disciples - Jesus Rock Live

Selamat Malam teman-teman :)

Ijin Share lagu Rohani dari Disciples Judulnya  Jesus Rock Live


Link Downloadnya :

Download via Indowesbter disini

Passwordnya : gbuall

4/21/2013

Renungan Harian

Pasangan yang Setia

Pasangan yang Setia


Setiap muda-mudi pasti akan berlomba-lomba untuk mencari pasangan yang setia. Mereka tentunya tidak ingin mendapatkan pasangan yang tidak setia karena tidak ingin merasakan sakit hati. Perasaan itu memang sangat sensitif, sedikit terluka maka akan mengalami rasa sakit yang sangat lama dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk memulihkannya.
Pasangan yang setia bisa juga diartikan bahwa dia adalah seorang pemaaf bila pasangannya telah menyakiti hatinya. Apa pun yang terjadi dengan pasangannya, ia akan tetap setia dan tidak pernah meninggalkannya.
Susah ataupun senang akan tetap dilalui bersama dan saling melengkapi satu sama lain. Kita bisa melihat pasangan yang setia itu di dalam diri kedua orang tua kita, bagaimana mereka selama bertahun-tahun bisa hidup dalam kesetiaan. Kalau bukan karena cinta dan sayang, maka kata “setia” itu tidak akan pernah tercipta. Setia juga merupakan salah satu bukti kasih kita kepada pasangan kita.
Tuhan Yesus selalu setia kepada kita. Apapun kesalahan yang pernah kita perbuat, Tuhan tidak pernah membenci dan meninggalkan kita. Tidak ada alasan bagi Tuhan untuk meninggalkan anak-anak yang paling dikasihi-Nya. Saat kita terluka, hanya Yesuslah tempat kita mengadu. Saat kita terluka, hanya Yesuslah yang mampu menyembuhkan. Dan saat kita terjatuh, hanya Yesuslah yang sanggup mengangkat dan memberi kemenangan.
Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. (Mazmur 36:6) Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. (Mazmur 36:8)

Manna di pagi hari

Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Bahagia

Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Bahagia
Pagi ini aku sangat bersuka cita. Sejak aku membuka mata yang aku lakukan adalah tersenyum sambil mengatakan “Selamat Pagi Tuhan Yesus-ku”. Orang-orang terdekat pun merasa heran dan bertanya, “Kelihatannya kau ceria sekali hari ini.”
Tidak ada alasan untuk tidak ceria. Tidak ada alasan untukku tidak bersuka cita di setiap harinya. Tidak ada hal yang bisa menekanku. Tidak ada hal yang membuatku bersedih hati. Apa pun masalah yang terjadi, semua aku lalui bersama Yesus.
Tuhan mengatakan, “Jangan takut dan jangan kuatir” maka aku pun tak akan takut dan kuatir. Saat kita menjadi takut dan kuatir, maka itu akan membebani hati dan pikiran kita sendiri. Kita tidak ada bersedih jika kita tidak mengizinkan kesedihan itu masuk dalam hidup kita.
Saat kita menghitung berkat dan kasih Tuhan dalam kehidupan kita, maka tidak akan pernah ada celah dan waktu untuk kita memikirkan hal-hal buruk dalam kehidupan kita. Semua adalah berkat dan anugerah bila kita melaluinya dengan penuh ucapan syukur.
Mari kita bersukacitalah pada hari ini karena Tuhan akan mencurahkan berkat-berkat yang baru pada hari ini. Bersukacitalah karena akan ada perkara-perkara besar yang akan kita menangkan bersama Yesus.
Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu.
Mazmur 5:12

Kisah Nyata Djuniman yang Terobsesi Pada Uang


Djuniman lahir dari keluarga kurang berada. Sejak kecil ia harus membantu orangtua berjualan. Setiap pergi sekolah, ia membawa sejumlah makanan untuk dijual di kantin sekolahnya. Begitu waktu pulang tiba, ia memberikan hasil sisa jualan dan uang kepada ibunya.

Namun aktivitas keseharian ini tak pernah ia tunjukkan secara terbuka. Pasalnya, ia malu jika teman-teman mengetahui keadaan keluarganya yang sebenarnya. Jadi, setiap ia menitipkan jualan ibu, itu selalu pada saat teman-temannya tidak ada di sekolah.

Bila ada teman yang meminta tolong mengantarkan pulang, Djuniman selalu menolak karena faktanya ia memang tidak memiliki mobil atau supir yang dapat mengantar jemput dirinya.

Meski terbilang cilik, Djuniman sudah terobsesi akan uang. Dalam pikirannya saat itu, dengan uang ia bisa melakukan apa saja yang ia mau.

Beranjak remaja, keinginannya untuk memiliki banyak uang semakin kuat setelah sang ayah memarahi dirinya pada satu kesempatan. "Kalau belum sukses jangan pulang ke rumah, cari duit yang banyak," ucap Djunaedi meniru kata-kata sang ayah.

Perlahan tapi pasti, apa yang ia dambakan terwujud beberapa tahun kemudian. Mengambil profesi sebagai mucikari PSK-PSK, ratusan ribu bahkan jutaan rupiah dengan cepat masuk ke kantong pribadinya.

Djunaedi begitu tenggelam dengan banyaknya uang yang ia miliki. Seks bebas dan kehidupan malam adalah dua hal yang tidak pernah ia lewatkan hari demi hari.

Menikah

Suatu waktu, ia berkenalan dengan seorang perempuan yang merupakan karyawan dimana ia biasa bekerja. Berawal dari mengantarkan pulang, benih-benih cinta bertumbuh dan terus bersemi diantara mereka.

Setelah menjalani hubungan pacaran, Djunaedi dan wanita itu akhirnya mengikatkan janji pernikahan. Satu anak perempuan yang cantik pun hadir dalam kehidupan mereka.

Walau telah menjadi suami dan ayah, pekerjaan di dunia malam tidak ditinggalkan oleh Djunaedi. Permintaan istri untuk melepaskan profesi itu tak digubrisnya.

Merasa semua aman-aman saja, Djunaedi menjalani hari-hari seperti biasa. Sampai satu ketika, saat ia pulang bekerja, ia terkaget karena ia mendapati surat dari istrinya dan anak semata wayang mereka di kamar. Dalam surat tersebut, sang istri mengatakan pergi dan tidak tahu kapan akan kembali.

Hidup Tanpa Istri

Menjalani peran sebagai ibu yang mengurus anak dan rumah sangatlah berat bagi Djunaedi. Ia bahkan kehabisan tenaga dan akal melakukan semuanya seorang diri. Sebuah keputusan sulit pun ia ambil. Dengan perasaan berat hati, putri satu-satu yang dimiliki ia titipkan kepada saudaranya yang sudah menikah.

Masuk Penjara

Hidup sebagai seorang lajang memudahkan Djunaedi bekerja. Dalam hitungan beberapa tahun, jabatan manager di sebuah klab malam pun disandangnya.

Biarpun sudah memiliki penghasilan yang besar, Djunaedi tetap saja merasa kekurangan. Demi meraup uang lebih banyak lagi, ia melakukan kerja sambilan yakni sebagai pengedar narkoba. Sekali, dua kali, usaha untuk menjual narkoba sukses. Sampai suatu saat, polisi melakukan razia di tempat dimana ia sedang melakukan transaksi. Tanpa banyak bicara, ia pun digelandang ke kantor kepolisian.

Sebagai pertanggungjawaban atas apa yang dia kerjakan, Djunaedi harus mendekam di penjara beberapa waktu lamanya.

Kembali Jadi Pengedar Narkoba

Selesai menjalani hukuman, Djunaedi keluar dari LP. Namun bukannya sadar, ia justru kembali menjadi pengedar narkoba. Tertarik keuntungan besar yang didapat, ia bergaul lagi dengan barang haram tersebut. Hasilnya, ia memperoleh banyak uang lagi.

Rindu Anak

Gelimang harta yang ia miliki ternyata hanya sesaat saja membuatnya bahagia. Kerinduan untuk melihat anak yang pernah dititipkan ke saudaranya begitu mengusik pikirannya. Dengan sebuah tekad bulat, Djunaedi akhirnya mendatangi sekolah putrinya. Lewat bantuan teman putrinya, perjumpaan ayah dan anak terlaksana.

Awalnya pertemuan itu terasa indah, hingga sampai ketika Djunaedi mengutarakan siapakah dirinya yang sebenarnya. Tersontak dengan pengakuan pria yang ada di depannya, putrinya ini langsung bereaksi. Dengan nada marah, sang putrinya mengatakan bahwa dirinya sudah bahagia dengan keluarganya sekarang dan ia tidak mau hidup bersama pria yang sudah meninggalkannya belasan tahun. Menghormati keputusan putrinya itu, Djunaedi memutuskan pulang dengan perasaan sedih.
Masuk Penjara Lagi

Ingin melupakan perasaan sedihnya, Djunaedi kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa yakni menjadi manager diskotik dan penjual narkoba. Hari lepas hari, malam lepas malam semua kegiatannya berjalan lancar. Hingga satu kejadian mengejutkan dialaminya lagi.

Tanpa diduga-duga, ia ternyata masuk dalam perangkap polisi yang sudah mengincarnya sebagai pengedar narkoba kambuhan. Vonis empat tahun penjara pun harus dilaluinya.

Bertemu Istri

Mendekam dalam penjara membawanya bertemu dengan istri yang meninggalkannya bertahun-tahun lamanya. Pada satu hari di waktu kunjungan kerabat narapidana, sang istri menemui Djunaedi.

Tanpa banyak basa-basi, sang istri menanyakan berapa lama ia dipenjara. Ketika mengetahui ia disana akan selama empat tahun, sang istri segera meminta cerai darinya. Hancur sudah perasaan Djunaedi mendengarkan itu. Satu persatu orang yang dicintainya menghempaskan dirinya.

Berjumpa Tuhan

Kembali ke sel, pikiran Djunaedi penuh dengan pertanyaan. Mengapa keadaannya harus seperti ini? Pusing dengan kenyataan, sebuah lagu rohani tiba-tiba terlintas di pikirannya.

Merasa dikuatkan dengan lagu tersebut, lagu itu terus didendangkannya ketika seorang diri. Keesokan hari, di kala semua teman selnya sudah tertidur, ia mendapat sebuah pemandangan berbeda.

Di hadapannya, ia melihat sesosok tubuh penuh sinar terang. Sosok itu berdiri di depannya dan mengajaknya untuk segera kembali pada sosok tersebut. Selesai mengatakan saatnya bertobat, sosok itu pun hilang dari hadapannya.

Heran dengan apa yang dialami, Djunaedi pun memikirkannya semalam-malaman. Keesokan hari, dengan buru-buru ia pun menghadiri sebuah persekutuan rutin yang ada di LP dimana ia berada. Selepas ibadah, ia menanyakan kepada salah satu pelayan ibadah mengenai peristiwa belum lama ini ia alami.

"Mereka katakan bahwa itu benar-benar Tuhan. Tuhan itu datang sendiri kepada pribadi kamu dan saat kamu mendengar saatnya ini sudah tiba anak-Ku, itu benar-benar kamu harus bertobat. Jadi sosok berjubah putih itu, yang mengulurkan kedua tangan-Nya, saya yakin bahwa itu adalah Yesus, Pribadi yang mau menebus orang dari dosa," tukas Djunaedi.

Hidup Baru

Pengalaman spiritual yang dialaminya membawa Djunaedi pada satu titik paling penting dalam kehidupannya. Tanpa menunggu sebuah acara KKR besar, ia mengambil keputusan untuk bertobat dan hidup sesuai firman Tuhan. "Saya menyerahkan sepenuhnya diri saya untuk menjadi hamba-Nya yang setia," tuturnya.

Sesudah memutuskan dan menjalani hidup baru, ia akhirnya mengerti kalau uang bukanlah segala-galanya supaya ia bisa diterima dan diakui orang lain.

Walau sekarang hidup pas-pasan, ia tidak pernah menyesali keputusan menjadi pengikut Kristus karena di saat-saat sulit yang ia alami, ia justru tetap melihat keajaiban Tuhan.

Sampai kini, pungkas Djuniman, ia tidak pernah mengalami kekurangan apapun. Sungguh Tuhan bekerja nyata dalam kehidupan pria ini!


Sumber Kesaksian :

Djuniman

Tertawa

Tertawa


Saat kita melihat kejadian yang lucu atau saat kita sedang menonton drama komedi, maka kita akan tertawa dengan sendirinya. Terkadang saat kita sedih pun maka ketika kita tertawa, pada saat itu jugalah semua kesedihan itu lenyap.
Bagi beberapa orang sangat meyakini bahwa saat seseorang banyak tertawa dan bersuka cita maka orang tersebut akan awet muda. Pada orang sakit pun, tertawa ternyata dapat mempercepat proses penyembuhan. Saat hati bersukacita, maka rasa sakit itu akan lari terbirit-birit meninggalkan tubuhnya. Terlebih lagi apabila bersukacita di dalam Tuhan.
Hati yang gembira adalah obat yang paling manjur. Mungkin ada obat untuk menyembuhkan penyakit batuk, pilek, panas atau pun penyakit yang lainnya. Namun tidak ada obat yang bisa menyembuhkan sakit hati kecuali dari dalam dirinya sendiri.
Marilah kita tertawa. Marilah kita bersukacita di dalam Tuhan. Tidak ada masalah yang tidak dapat ita selesaikan. Semua masalah yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita itu merupakan sebuah proses untuk mendewasakan kita.
Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”
Mazmur 126:2

Kisah Nyata

Kisah Nyata Jacob Kusmanto dan Keberhasilan di Bisnis Tekstil




  Jacob Kusmanto adalah seorang pengusaha tekstil yang sukses. Siapa sangka jika proses kehidupan membuatnya menjadi seorang yang mempunyai jiwa besar. Suasana kerja yang begitu keras menempa pribadi Jacob semasa kecil. "Tidak bekerja, tidak makan" itulah salah satu slogan yang dimaknainya ketika itu.

Dahulu Jacob selalu melawan orangtua jika dirinya disuruh bekerja karena itu orangtuanya lebih sayang kepada saudaranya yang lain ketimbang kepada Jacob. Kecewa dan iri terhadap orangtuanya yang pilih kasih, Jacob mengikuti bela diri sebagai salah satu pelariannya.

Bela diri tersebut membuat Jacob mempunyai mental yang tidak takut terhadap apapun. Namun hal tersebut kadang dipakai untuk membuktikan keberaniannya dengan berkelahi. Di masa remaja Jacob begitu membuat orangtuanya pusing akibat dirinya yang suka keluyuran hingga tengah malam. Pertengkaran terhadap orangtua terutama sang ayah pun kerap terjadi.

Namun suatu hari seorang teman wanita memberi dorongan semangat kepada Jcob yang kerap frustasi dengan kehidupannya, terutama hubungan dengan orangtua. Dorongan semangat untuk berubah itulah yang membuat Jacob berbenah diri, namun dengan pilihan yang sangat kontroversial, yaitu berhenti dari sekolah dan bekerja di pabrik tekstil kenalan orangtuanya.

Di pabrik inilah Jacob berubah dan mendapat banyak pelajaran hidup. "saya harus berani untuk menghadapi sesuatu yang baru, yang kedua saya harus belajar untuk menghargai dan mencintai pekerjaan yang ada, dari kesulitan yang ada mendorong saya untuk lebih maksimal lagi. Saya di gaji perbulan 40 ribu, tapi saya ingin lebih memberikan apa yang saya terima," ungkapnya.

Semangat kerja Jacob ditunjukannya untuk mengambil tanggungjawab yang besar. Dirinya menginginkan bahwa kehidupannya tidak diandalkan dari pekerjaan tersebut. Namun Jacob ingin menghidupi pekerjaannya. Sikap hidupnya pun diakui seperti banyak orang pada umumnya. Untuk itu dirinya memacu diri untuk terus belajar dan belajar.

Kerja keras dan ketekunannya membawanya kepada karier yang lebih baik lagi. Namun dirinya bertekad untuk membuat usaha tekstil sendiri, modalnya hanya dengan limbah handuk bekas, yang dia beli dari tempat kerjanya dan didaur ulang untuk dijual. Usahanya pun membuahkan hasil. Dengan keyakinannya, tahun demi tahun terlewati dengan keberhasilan.

Latar belakang yang buruk tidak membuat Jacob merasa minder untuk meraih masa depannya. Kalau dulu di dianggap sampah masyarakat, kini dirinya adalah pengusaha yang berhasil dengan tujuh perusahaan tekstil yang ia bangun dan melayani berbagai daerah di Indonesia.

Jacob pun tetap menyadari bahwa keberhasilannya adalah buah campur tangan dan perkenanan Tuhan terhadap dirinya. "saya melihat bahwa itu karya Allah yang begitu luar biasa. Allah yang sudah membawa saya akan mampu membawa saya lebih jauh lagi, karena saya merasa campur tangan Tuhan begitu besar sekali, sampai saya bisa duduk menjadi pengusaha,"

Berharga di Mata-Nya


Berharga di Mata-Nya

Kecelakaan membuat tubuh Yohanna Nainggolan tidak berdaya. Setelah didera rasa kecewa teramat dalam atas berbagai peristiwa yang menimpanya, ia pun melancarkan aksi protes kepada Tuhan Yohanna tak mau lagi bernyanyi. Tapi, sang Penjunan tetap setia. IA mengasihinya sampai Yohanna sadar bahwa Tuhan tidak pernah merancangkan hal jahat kepada setiap anak-anak-Nya.

Memprotes Tuhan
Kehilangan Mama tercinta yang dipanggil Bapa ke surga masih terbayang di pelupuk mata Yohanna Nainggolan. Maklumlah, sebagai bungsu dari empat bersaudara, Yohanna mengaku sangat dekat dengan mama. Sosoknya yang riang dan hari-harinya yang selalu dihiasi tawa canda, kini berubah menjadi pendiam dan tertutup. Yohanna memiliki bakat menyanyi, namun sebagai bentuk protes pada Tuhan, seketika itu ia memutuskan berhenti menyanyi. “Aku bisa menyanyi karena turunan dari mama yang memang hobi menyanyi. Aku bilang sama Tuhan kenapa Mama diambil? Temanku saja masih punya mama,” kenang Yohanna.
Selama 3 tahun, gadis bertubuh mungil ini enggan berurusan dengan segala sesuatu yang berbau dengan musik.Ia berharap aksi protesnya tersebut memberikan ketenangan baginya. Dugaannya meleset. Berbagai masalah justru datang menghampirinya.Termasuk kegagalan masuk ujian saringan di Universitas Sumatera Utara. Setelah hampir setahun menganggur, tahun 2003, akhirnya Yohanna memutuskan hijrah ke Jakarta dan mengambil studi di sana.

Kebekuan hatinya untuk menyanyi terus berlanjut hingga memasuki tahun keempat. Tahun 2005 hatinya kembali berduka. Kini giliran Ayahanda tercinta, P. Nainggolan meninggal dunia akibat komplikasi penyakit jantung, diabetes, dan strok. Ia mencoba menghibur diri dengan berbagai kesibukan. Suatu hari, salah satu teman kuliah Yohanna, mendaftarkannya ke salah satu ajang “Pemuda Bermazmur” yang diadakan oleh musisi terkenal, Vicky Sianipar. Mau tak mau, akhirnya Yohanna mengikuti ajang tersebut dan untuk pertama kalinya ia kembali ke dunia tarik suara. Meskipun hanya masuk 20 besar, Vicky Sianipar mengajak cewek pelahap masakan Batak itu bergabung dengannya. Malang melintang di dunia tarik suara mulai dari ajang nasional hingga Internasional seperti Java Jive.

Kendati, tawaran menyanyi terus berdatangan, Yohanna tetap menomorsatukan studinya. Dan ia pun lulus dengan nilai memuaskan. ”Aku mulai berbaikan dengan Tuhan. Secara bertahap luka batinku terobati,” katanya tersenyum. Saat ia manggung, salah satu penonton ada yang tertarik dengannya. Di situ ia langsung ditawari bekerja di sebuah perusahaan advertising milik Amerika.

Posisi Account Excutive yang diembannya sangat menyita waktu. Terkadang, harus pulang malam demi meng-entertain klien. Kariernya terus melesat dan otomatis membuat pundi-pundi rezekinya semakin banyak. “Aku hanya berpikir mumpung masih muda mengapa tidak?,”ujarnya tertawa. Bertemu dengan banyak orang hebat tak serta merta membuat Yohanna kehilangan arah. Ia tetap sebagai gadis yang sopan dan menuruti nasehat kakak laki-lakinya yang dianggap sebagai pengganti orangtuanya. Akibat larut dalam kesibukan, Yohana tak sadar jika pelayanannya terabaikan. Setelah ia bekerja justru tak pernah menyanyi lagi untuk Tuhan.

Dihajar Lewat Kecelakaan
Tahun 2008, cewek berwajah manis ini kembali menginjakkan kakinya di kota kelahirannya, Medan. Belum sempat ia beramah tamah dengan kota itu, Yohanna yang berboncengan dengan salah satu teman abangnya mengalami kecelakaan. “Baru berjarak 10 meter dari rumah, ada anak kecil yang lewat tiba-tiba. Di situ kami sangat kaget dan akhirnya terjatuh. ”Yohanna tak merasakan apapun paska kecelakaan tersebut. Layaknya orang yang terjatuh, ia hanya merasakan nyilu pada kakinya yang memang telah lebam.

Seminggu kemudian ia pun terkejut karena kakinya tak bisa digunakan untuk berjalan. Jika kakinya digerakkan akan terasa sakit sekali hingga membuatnya tergeletak tak berdaya. Melihat keadaannya seperti itu pihak keluarga memutuskan memeriksakan Yohanna ke dokter. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa ada pergeseran tulang belakang. Tidak ada perkembangan yang berarti hingga berbagai usaha pun telah dicoba termasuk berobat ke sinsei. Hasilnya bukannya membaik justru semakin parah.Kaki kirinya pun mengecil sebelah dan membuat Yohanna berjalan timpang ke sebelah kiri. Untuk meredam sakit yang ditimbulkannya, Yohanna diberi obat pereda rasa nyeri. Sesaat kemudian rasa nyeri itu memang hilang namun meninggalkan efek yang serius. Wajahnya yang manis dipenuhi noda hingga nyaris hancur, belum lagi rambutnya yang mengalami kerontokan.

Melihat kondisi sang adik, kakak tertua Yohanna memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Dokter menyarankan untuk operasi dan memasang papan pan di kakinya.Tapi, Yohanna menolaknya.Belum tuntas sakit di kaki, masalah lain timbul.Tepat di bawah lehernya terdapat benjolan sebesar telur puyuh.Dan, Yohanna divonis mengidap kanker kelenjar limpa.”Tubuhku terus nge-drop dan jujur, aku lelah secara fisik.Dunia seolah runtuh untukku,” kata pemilik bermata indah ini.

Tiga bulan kemudian, dunianya yang dianggapnya runtuh, mulai menitikkan harapan.Yohanna dibawa ke rumah salah satu kerabatnya di Aceh. Di sana ia dirawat dengan pengobatan tradisional. Salah satunya dengan terapi air.Dengan memegang sebatang dahan pohon, tubuh Yohanna yang separuhnya terendam ke air sungai yang mengalir deras sehingga membuat otot-otot tubuhnya terutama kakinya seperti ditarik-tarik. “Bayangkan, kesenggol sedikit saja sakitnya luar biasa apalagi ini sampai ditarik-tarik,”ungkapnya dengan mimik meringis.Kurang lebih 3 bulan, terapi air dilakukan secara intensif dan hasilnya pun mulai terlihat.

Berkat Tuhan
Selama sakit, Yohanna banyak melakukan perenungan dibandingkan melancarkan aksi protes seperti yang terjadi sebelumnya.Sejak sakit justru hubungannya dengan Tuhan makin karib dari hari ke hari. “Tuhan punya cara yang ajaib dalam menyembuhkanku. ” Sebagai ungkapan syukur atas kesembuhannya itu, Yohana memutuskan untuk aktif dalam pelayanan. Baginya, apa yang dialami merupakan hadiah dari Tuhan yang tak ternilai harganya.

Dengan memegang prinsip komitmen dan konsistensi dalam memuliakan nama Tuhan, jemaat Gereja Kristen Indonesia Kota Wisata, Cibubur Jakarta ini mengaku tak pernah memilih-milih tempat pelayanan. “Abangku selalu bilang apa yang kita punya di dunia ini tidak akan kita bawa. Jadilah berkat bagi orang lain, Jangan pernah takut dengan segala yang ada asal kita berjalan bersama Tuhan.”

Lewat suaranya yang indah, selain melakukan pelayanan ke gereja-gereja, gadis kelahiran 27 tahun silam itu juga telah menelurkan sebuah album perdana berjudul My Redeemer. Album yang pengerjaannya hanya memakan waktu selama 3 bulan tersebut rata-rata mengisahkan tentang perjalanan hidup Yohana. Ketika disinggung impiannya ke depan, pelantun lagu Ho Do Rajaku ini pun menjawab singkat, ”Pengen duet dengan kak Ruth Sahanaya.” Okelah, semoga impianmu menjadi kenyataan.

Minoritas Kristen Alami Penganiayaan Besar-Besaran


Minoritas Kristen Alami Penganiayaan Besar-Besaran

Minoritas Kristen


Di negara-negara Islam tengah berlangsung genosida atau pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap umat Kristen. Demikianlah menurut Ayaan Hirsi Ali, politikus dan publisis Belanda berdarah Somalia sewaktu diwawancara majalah Newsweek.
Sejak Revolusi Musim Semi Arab, pemerintah dan media Barat terlalu memandang umat Muslim sebagai korban atau pahlawan. Pada waktu bersamaan mereka lupa ribuan orang Kristen di negara-negara Arab dibunuh atau ditindas karena agama yang dianutnya. Islamofobia atau ketakutan terhadap Islam, tidak sebanding dengan apa yang disebut Hirsi Ali “Kristofobia”, yaitu penindasan minoritas Kristen di negara-negara Islam.

“Orang harus berhenti bungkam tentang intoleransi religius ini yang berbentuk kekerasan,” kata Hirsi Ali. Menurut mantan politikus yang kini tinggal di Amerika Serikat itu, nasib minoritas Kristen dipertaruhkan. Intoleransi beragam bentuknya. “Di beberapa negara bahkan pemerintah sendiri yang menindas dan di negara lain, kelompok-kelompok pemberontak dan milisi mengusir warga Kristen dari wilayah-wilayah yang ditinggali berabad-abad.”

Warga Kristen di Nigeria hidup dalam ketakutan. Di Pakistan, seorang perempuan Kristen divonis mati dan terjadi serangan mematikan terhadap regu bantuan. Di Sudan, Kristofobia sudah bertahun-tahun menelan korban jiwa. Indonesia menduduki peringkat ke-43 dalam daftar negara yang melakukan kekerasan terhadap kaum minoritas Kristen.

Itu artinya sudah saatnya umat Kristen sendiri memperhatikan keadaan para saudara seimannya di berbagai belahan dunia yang mungkin sedang menderita agar dicarikan jalan keluar. Kuatkan juga iman yang kita punya agar kasih Yesus dapat dinyatakan dalam hidup kita.

Saya Bangga Mengenal Yesus

Saya Bangga Mengenal YesusRasiman

Meskipun tak memiliki harta di dunia, namun dapat mengenal dan merasakan cinta Tuhan Yesus merupakan anugerah terindah yang pernah dirasakan oleh Rasiman (62). Sungguh, semua itu tak mampu dibandingkan dengan yang lain. Karena cinta Yesus telah mengubahkan hidupnya menjadi lebih berarti. Inilah kisah perjuangannya dalam mengenal Sang Juruselamat.

31 Desember 1949 silam, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah saya lahir ke dunia ini dari keluarga yang belum mengenal Yesus. Keluarga saya sangat meyakini ajaran kejawen (Jawa). Jika ada hal-hal aneh yang terjadi dalam hidup kami, biasanya kami berkonsultasi pada dukun (orang pintar). Hal itu berlaku sejak saya kecil hingga dewasa.
Keadaan pas-pasan orangtua saya, membuat saya hanya dapat menikmati pendidikan sampai kelas 6 SD. Setamat sekolah saya harus bekerja. Mulanya bekerja pada paman, membantu beliau berdagang kelontong. Namun semangat muda yang sangat menggelora, membuat saya tergoda untuk merantau ke Jakarta seperti yang dilakukan beberapa teman saya.
Di Jakarta, saya tidak mempunyai kerabat atau saudara. Yang ada hanya keluarga teman sekampung. Mengawali perjuangan di Jakarta, saya menginap di rumah seorang teman sekaligus membantu keluarganya berdagang. Namun, karena berbagai banyak hal, akhirnya saya memutuskan bekerja sebagai kuli bangunan dan tinggal di bedeng (rumah sementara yang disediakan mandor bangunan di area bangunan).

Bekerja sebagai tukang bangunan kala itu, membuat penghasilan saya jauh lebih baik. Hal ini membuat saya berani menikahi seorang wanita dari kampung halaman, dan membina rumah tangga bersamanya. Setelah kami menikah, kami menyewa sebuah rumah kontrakan.
Kehidupan rumah tangga ternyata bukan memberi kebahagian, malah menambah banyak persoalan hidup.Mulai dari masalah ekonomi sampai masalah hubungan dengan keluarga istri. Sampai suatu hari, bos tempat saya bekerja, menanyakan perihal hidup saya. Ia seorang Kristiani dari keturunan Tionghoa. Ia bertanya, mengapa saya tidak menjalankan ibadah seperti kepercayaan yang saya anut. Karena saya memang tak pernah menjalankan perintah agama kala itu. Ia lalu mengajak saya ke gereja. Saya pun ikut saja. Di gereja, ia menjelaskan kalau nanti ada kotak untuk mempersembahkan uang untuk gereja. Lalu ia memberikan saya uang agar saya memasukkan uang itu ke dalam kotak. Saya menurutinya. Meski tak mengerti tentang acara gereja, namun saya merasakan ada satu kedamaian yang tak pernah saya rasakan.
Minggu demi Minggu saya lewati dengan pergi ke gereja bersama bos saya. Hal itu terjadi sekitar tahun 1977. Setelah 3 tahun lamanya, saya pun memutuskan untuk ikut kelas katekisasi di gereja dan dibaptis tahun 1980. Saat itu istri saya belum mau menerima Yesus. Jangankan menerima Yesus, ke gereja saja ia tak mau.
Mengenal Yesus dan menerima-Nya sebagai Juruselamat ternyata tak membuat hidup saya semakin baik. Gelombang masalah rumah tangga saya malah semakin berat. Waktu itu, sekitar tahun 1982, bos saya memutuskan pindah ke Bandung karena bisnis yang dirintisnya di Jakarta mengalami masalah. Ia memang mengajak saya turut serta, namun karena berbagai faktor, sayapun menolaknya. Hal ini membuat saya bingung mencari pekerjaan. Selama itu saya mencari informasi dari teman-teman sekampung, di mana ada lowongan pekerjaan sebagai buruh bangunan. Tuhan pun membuka jalan. Saya bekerja lagi sebagi tukang bangunan. Tapi belum lama bekerja, saya terjatuh dan membuat tangan kiri saya patah. Selama 10 bulan saya tidak bisa bekerja.Karena tak memiliki cukup uang, saya hanya mengobati tangan saya ke tukang pijat. Namun pertolongan Tuhan selalu nyata setiap hari sehingga saya tak pernah berkekurangan meski tidak memiliki penghasilan.
Anak saya yang kedua pun selalu menangis pada malam hari.Menurut cerita tetangga kami, rumah kontrakan yang kami tempati ada ‘penunggunya’ atau mahluk halusnya. Tapi saya tidak mempercayai hal itu. Hingga suatu hari beberapa pengerja gereja dan hamba Tuhan datang dan mendoakan, barulah ada perubahan. Namun anak saya tetap menangis setiap malam. Tapi kali ini ia menangis minta dan menunjuk-nunjuk arah jalan menuju gereja. Awalnya istri saya tak mengerti, lalu menuruti keinginan anak saya. Setelah tiba di gereja ia menjadi tenang. Hal ini sering berlangsung, sehingga istri saya sering ke gereja, bukan untuk ibadah tapi untuk mendiamkan anak saya. Lama kelamaan, kaum wanita dari gereja mengajak istri saya bergabung. Awalnya ditolak istri saya, tapi lama kelamaan ia datang juga mengikuti ibadah. Sehingga tahun 1985 istri saya dibaptis.
Akhirnya sekitar tahun 1993 saya meneguhkan pernikahan saya dan istri saya. Kami mengucapkan janji pernikahan secara Kristen di depan altar gereja. Rasanya seperti kembali memulai hidup baru bersama istri walau kami sudah lama menikah. Kehidupan selanjutnya saya jalani bersama istri dengan melayani Tuhan di gereja. Saya bersyukur dapat mengenal Yesus. Ia memilih saya walau saya tak berarti dan sangat rendah. Tuhan memberi saya kesempatan untuk menjadi terang dalam keluarga besar walau mereka belum menerima Yesus, bahkan mereka membenci Yesus. Tapi saya percaya Tuhan akan memberikan mereka kesempatan seperti yang saya alami. Tuhan memberkati hidup saya sehingga bisa menyekolahkan anak-anak hingga tamat SMA dan perguruan tinggi. Tuhan juga memberikan anak-anak yang setia dan rajin melayani Tuhan. Saya bangga mengenal Yesus.

4/19/2013

[TV Series] The Bible


Pagi :)

sesuai judulnya, TV SERIES ini menceritakan beberapa isi dari 
KITAB SUCI salah satu Agama (KRISTEN / KATHOLIK).


The Bible hadir sebagai TV series epik terbaru dari History Channel. Dari kitab Genesis (Kejadian) sampai Revelation (Wahyu), Mengangkat kisah - kisah tak terlupakan dibuat dengan menggunakan Tekhnologi komputer, efek - efek canggih dan Live action yang menawarkan wawasan baru tentang adegan - adegan yang sudah sangat terkenal juga penampilan dari karakter - karakter ikonik yang sudah sangat dikenal banyak orang diseluruh dunia.
Dibuat oleh Produser Mark Burnett Dan menampilkan aktor dan aktris Internasional yang telah malang-melintang di beberapa judul TV series di dunia, seperti Roma Downey, Darwin Shaw (Pernah bermain di film John Carter dan Prince of Persia : The Sands of Time), dan bintang pop asal Portugal Diogo Morgado. !0 jam docudrama ini mengeksplorasi episode - episode dalam Teks suci yang paling signifikan, seperti Perjalanan Noah (Nuh) dalam bahtera, Musa yang memimpin Bangsa Israel keluar dari Bangsa Mesir, Simson, Daud dan Goliath sampai Kelahiran Yesus Kristus juga masih banyak lagi lainnya.


bagi yang ingin mendownload film-film "The Bible" 
ini bisa langsung mengunjungi Thread Kaskus disini 

Sedikit Cuplikan dari TV Series "The Bible" ini


mimin sarankan yang ingin download film ini memiliki jaringan internet unlimited, sehingga tidak perlu khawatir untuk download film-film diatas,
 karena size2 filmnya lumayan untuk buat Quota Internet kita habis :)

Tapi mimin yakin nih, masalah Quota Internet urusan no 2, yang penting bisa nonton film-film Rohani :D

mimin berharap sih TV Series "The Bible" ini bisa nongol/muncul di salah satu Televisi di Indonesia
supaya bisa di tonton rame2, selain itu juga untuk teman2 yang tidak bisa download karena keterbatasan Quota Internet, bisa nonton langsung gitu :)

The Bible TV Miniseries Soundtrack - Hans Zimmer & Lorne Balfe

Pagi :)

Ijin Share lagu Rohani lagi ya :)

Lagu Rohani kali ini dari Soundtrack film "The Bible"


Track Listnya :

1. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Faith [12:49]
2. Hans Zimmer & Lorne Balfe - In The Beginning [03:47]
3. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Roma's Lament [05:30]
4. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Hope [02:22]
5. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Journey [03:18]
6. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Zedekiah's Sons [01:55]
7. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Daniel Prays [02:12]
8. Hans Zimmer & Lorne Balfe - The Road to Jerusalem [02:05]
9. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Pentecost [02:15]
10. Hans Zimmer & Lorne Balfe - King David [01:41]
11. Hans Zimmer & Lorne Balfe - I Am [03:45]
12. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Pray for Us [01:51]
13. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Free Us, Save Us [02:28]
14. Hans Zimmer & Lorne Balfe - The Nativity [04:33]
15. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Creation Choral [02:08]
16. Hans Zimmer & Lorne Balfe - Rise Up in Faith [02:44]

Link downloadnya :

Download via fileswap disini

cara downloadnya :

klik tombol "Slow Download" lalu tunggu sebentar, nanti otomatis akan terdownload file mp3nya :)


Adon - Restoration


Selamat Pagi teman-teman

Ijin Share lagu Rohani Kristiani dari Adon dengan judul Restoration


Track Listnya :

1. Dalam Nama Yesus
2. Hidup Itu Indah
3. Yesus Harapan
4. Kau Telah Memilihku
5. Apa Yang Kan Kau Buat?
6. Kau Tuhan Kau Raja
7. Kusembah Tuhan Maha Kuasa
8. Karya SalibMu
9. Pulihkan Aku
10. Pulihkan Bangsaku

Link Downloadnya :

download via Indowebster disini

Passwordnya : yepitro1986


4/12/2013

Menjadi Sahabat Allah

Seorang sahabat pasti akan mau menerima diri kita apa adanya. Seorang sahabat tidak akan pernah bosan mendengarkan semua keluh kesah kita. Sahabat akan merasa senang jika kita mau berbagi dengannya. Tidak ada yang tersembunyi dan tidak ada batas antara kita dan sahabat.

Terkadang tidak semua hal mampu kita ceritakan. Ada hal-hal pribadi yang mungkin sangat sukar untuk kita beritahukan kepada orang lain, termasuk kepada sahabat kita. Namun kita masih mempunyai sahabat yang jauh lebih mengerti tentang kehidupan kita. Dialah Yesus.

Cara terbaik untuk menjadi sahabat Allah adalah dengan selalu bersekutu dengan Tuhan. Kita menjadi tekun merenungkan Firman-Nya dan menerapkannya dalam kehidupan kita. Saat kita pikiran kita sedang penuh dengan masalah, maka alihkan pikiran kita untuk fokus kepada Tuhan dan biarkan Tuhan berbicara dalam hati kita.

Saat kita bersekutu, saat kita berdoa, maka sesungguhnya kita sedang membangun sebuah perisai. Doa merupakan sebuah perisai agar kita mampu menangkal semua tipu muslihat iblis. Apabila kita jauh dari Tuhan, itu sama halnya kita semakin dekat dari jangkauan iblis. Marilah kita bersama-sama untuk belajar menjadi sahabat Allah dan mulai lebih lagi dekat dengan Tuhan.

Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Lukas 12:4

Kesaksian sang peramal



KESAKSIAN : Esther Dapat Kemampuan Meramal Dari Roh Gaib

Membakar kemenyan dan melakukan ritual-ritual untuk memohon keselamatan sudah menjadi tradisi dalam keluarga Esther, bahkan bisa dikatakan sudah merupakan tradisi turun temurun sejak nenek moyang. Hal ini membuatnya akrab dengan suatu hal yang tidak lazim bagi anak-anak seumurnya, yaitu berteman dengan roh halus.

Hal ini diperparah oleh hubungannya yang tidak harmonis dengan sang ayah, Esther semakin menjauhkan diri dari keluarganya. Dapur adalah tempat favoritnya untuk menyendiri, disanalah ia menemui teman setianya.

“Kenapa mesti dapur? Karena disanalah saya merasa tenang. Jadi apa yang saya rasakan bisa saya cerita. Pertama hanya cerita-cerita, terus tiba-tiba ada yang balik ngomong sama saya. Saya ngga tahu suara dari mana, tapi saya tenang. Jadi kenapa saya tidak butuh seorang teman, karena apa yang saya dapat dari dia lebih dari yang saya dapat dari seorang teman.”

Bertahun-tahun Esther berteman dengan roh gaib itu, hingga suatu hari ia dan teman-temannya mengunjui seorang para normal.
“Kita dateng ke satu orang pinter, pertama sih kita cuma ngobrol-ngobrol, iseng-iseng, biasa anak-anak. Dia bukain kartunya, pas bagian saya, terus dia bilang begini: Kamu tidak perlu datang ke sini lagi karena kamu akan menggantikan posisi saya walaupun kartu hanya seperti ini.”

Saat ia pulang, suara itu menawarkan sesuatu yang membuat Esther harus membuat langkah berani.
“Dia tanya begini: Kamu mau lihat saya apa enggak? Karena setelah sekian lama kita kenal, kamu kok ngga mau lihat saya. Saya jawab saya mau. Dia bilang jika saya mau melihat dia, saya harus ijin dulu kepada orangtua saya.”

Esther dengan semangat mendatangi mamanya, akhirnya ia membuka rahasia yang selama ini ia simpan. Diceritakannya pada sang mama, bahwa sejak kecil ia sering mendengar dari roh halus. Kali ini roh itu mau menampakkan diri kepadanya, namun ia harus mendapat ijin dari orangtuanya.

“Ngga, kamu ngga boleh,” demikian tolak sang mama.
Sedih dan marah, itulah yang dirasakan Esther. Apa lagi sejak itu, suara itu seperti menghilang begitu saja.

“Saya merasa kalau saya ngga punya teman lagi,” ungkap Esther, “yang selama ini mendengar curhat saya cuma dia. Sejak itu, saya mulai kurang komunikasinya ( dengan roh halus itu).”
Memang roh tersebut seperti mulai jarang menemui Esther, namun ada sesuatu yang berbeda dialami Esther. Terkadang, saat sedang berkumpul dengan keluarga Esther yang sedang tertawa senang tiba-tiba seperti sesak nafas dan badannya terbungkuk-bungkuk seperti seorang nenek-nenek. Di sisi lain, Esther mulai memiliki kemampuan baru, yaitu meramal.
“Waktu itu, kami cuma main-main biasa. Tapi semua yang saya ucapin kok kejadian.”

Hari itu ia sadar bahwa apa yang diramalkan oleh orang pintar waktu itu benar. Menyadari kemampuannya itu dari roh halus yang menjadi temannya, Esther menjadi semakin rajin melakukan ritual. Namun kemampuan barunya itu merubah pribadi Esther.

“Saya menjadi cepat emosi, cepat marah. Apa yang saya omongin, orang itu harus nurut. Saat itu, apa yang saya mau bisa saya dapatkan, tapi saya ngga bisa merasakan damai dan sukacita.”

Hingga tiba di tahun 2003, suatu hari mamanya bertemu dengan seorang saudaranya. Ia menceritakan sesuatu yang tidak biasa. Saudaranya itu menceritakan tentang seorang pribadi bernama Yesus Kristus, dan dia pergi ke sebuah ibadah dimana ia merasakan hadirat Tuhan.
“Mama penasaran deh, hadirat Tuhan itu apa ya pa?”

“Tuhan Yesus?” demikian tanya Esther dalam hati, “Mama sama papa udah umur segini baru tanya siapa itu Tuhan Yesus? Sementara mama dan papa selama ini ngajarin saya tradisi-tradisi yang berlawanan dengan ajaran Tuhan Yesus. Saya merasa agak aneh, dan saya ingin menunjukkan kalau tidak ada Tuhan Yesus.”

Mereka sekeluarga pun memutuskan untuk bertemu dengan hamba Tuhan yang diceritakan oleh saudara mamanya itu. Disana hamba Tuhan itu membongkar dosa sang papa, pada hal mereka baru bertemu. Hamba Tuhan itu bahkan tahu bahwa Esther masih menjalin hubungan dengan roh-roh halus.

“Kalau kaya gitu doang sih aku juga bisa,” demikian ujar Esther ketus.
“Kalau begitu kita lihat besok, roh-roh yang ada pada kamu atau Tuhan Yesus yang lebih berkuasa,” demikian tantang hamba Tuhan itu.

Esther pun menerima tantangan tersebut, ia ingin membuktikan bahwa roh-roh yang selama ini menjadi temannya lebih nyata dari Tuhan Yesus. Harinya pun tiba, Esther hadir dalam ibadah tempat hamba Tuhan itu melayani.

“Dia berdoa, saya juga berdoa,” tutur Esther.

Namun sesuatu yang tidak pernah Esther bayangkan terjadi. Saat ia didoakan, ia seperti tidak berdaya. Ia pun meminta tolong pada roh yang selama ini membantunya, namun roh itu tidak juga menolongnya.

“Tiba-tiba ada suara, dia bilang seperti ini: Udahlah, sekarang kamu ikut saya aja. Kamu lepasin hidup kamu! Disitu saya mikir, maksudnya saya ngelepasin hidup saya dengan cara seperti apa? Terus saya bilang begini: Kalau memangnya Tuhan Yesus lebih hebat dari kamu, saya mau ikut Yesus saja kalau gitu.”

Keputusan itu mengubah hidup Esther selamanya. Ia akhirnya dilepaskan dari cengkeraman kuasa roh-roh jahat itu.

“Hamba Tuhan itu kemudian datang, dan bilang: sekarang kamu tenangin diri saja. Sekarang hati kamu sudah bersih, semua roh yang bukan dari Tuhan sudah dibersihin semua. Tuhan mau kasih roh yang baru sama kamu. Roh yang dari Tuhan Yesus, ini Roh yang akan memberikan kamu damai sejahtera. Keselamatan itu sekarang ada disini.”

Esther menerima sebuah Alkitab dari hamba Tuhan tersebut. Setibanya di rumah, ia kembali ingin menyakinkan dirinya bahwa Yesus itu benar-benar pribadi Tuhan yang hidup.

“Sesudah sampai di rumah, saya mau berdoa sama Tuhan Yesus. Saya bilang: Tuhan Yesus, Engkau Tuhan yang hidup kata orang-orang. Saya juga mau tahu kalau emangnya Tuhan itu ada, tolong pimpin saya, saya mau buka (Alkitab), Tuhan mau ngomong apa sama saya, karena saya ngga bisa dengar. Entah bagaimana, selesai berdoa tangan saya membuka Alkitab, waktu itu letak (ayatnya) disebelah kiri atas, tiba-tiba tulisan itu muncul lebih tebal dari tulisan yang lain. Ditulisnya: Tuhan mengampuni wanita peramal, dukun-dukun dan hal-hal yang berhubungan dengan roh jahat. Tuhan mau mengampuni dan mengasihi mereka. Buat saya hal itu memberikan ketenangan dan kedamaian. Tuhan ternyata Engkau mengampuni saya.”

Namun tidak semudah itu roh halus yang selama ini menemani Esther melepaskannya, suara itu datang kembali.

“Tiba-tiba ada suara bilang begini: Tuhan mana yang kamu sembah?! Saya bilang Tuhan Yesus. Tuhan mana yang kamu sembah! Tiga kali suara itu semakin lama semakin kencang. Dan suara itu adalah suara yang selama ini saya dengar, lalu saya berkata: Saya percaya Yesus. Lalu suara itu hilang. Di hati ini tiba-tiba muncul suara yang berkata: Aku mengasihi engkau. Itu amazing banget deh! Sesuatu yang ngga pernah saya dengar, bahkan dari orangtua saya jarang saya mendengar kata-kata itu. Suara itu membuat saya tenang, membuat saya damai. Beda dengan suara yang sebelumnya saya dengar, begitu keras, begitu emosi, ada rasa arogan yang egois dari kata-katanya. Tapi ini suaranya lembut, dan tenang. Disitu saya merasa aneh, apa ini suara Tuhan? Disitu saya merasa damai dan sukacita. Itu pertama kalinya saya dengar suara Tuhan.”

Perjumpaan Esther dengan Tuhan bukan hanya merubah hidupnya, namun juga merubah seluruh keluarganya. Kini seluruh keluarganya telah mengenal Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat.

“Setelah mengenal Yesus saya merasa damai. Saya sama papa sudah tidak ribut lagi. Kalau dulu saya bantu orang dari apa yang saya dengar (dari roh halus), sekarang saya bisa kasih solusi sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Bagi saya Yesus adalah penolong dalam kehidupan saya. Yesus yang sudah selamatkan saya, Dia tujuan hidup saya,” demikian Esther menutup kesaksiannya.

Tradisi keluarga tanpa sadar bisa membuka celah untuk roh jahat masuk dalam kehidupan keluarga, untuk itu penting sekali orangtua mencermati tradisi dan apa yang diajarkan kepada anak-anaknya. Hal yang lebih penting lagi, adalah membawa anak-anak mengenal Yesus sebagai Tuhan sejak dini, sehingga mereka bisa bertumbuh menjadi pribadi yang takut akan Tuhan dan hidup dalam rencana-Nya.

(Kisah ini ditayangkan 27 Juni 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel).
Sumber Kesaksian:
Esther Shinta Samali (jawaban.com)

Kesaksian



Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, dalam kesempatan ini saya akan bersaksi tentang peristiwa kematian dan kehidupan yang saya alami pada tanggal 15 Desember 1999. Peristiwa ini juga merupakan suatu tragedi bagi yayasan Doulos, Jakarta dimana STT Doulos ada di dalamnya dan saya adalah mahasiswa yang tinggal di asrama. Sebelum penyerangan dan pembakaran Yayasan Doulos tanggal 15 Desember itu, beberapa kali saya mendapat mimpi-mimpi sebagai berikut:

Minggu, 12 Desember 1999, saya bertemu dengan Tuhan Yesus dan malaikat, saya terkejut dan bangun lalu berdoa selesai saya tidur kembali.
1.. Senin, 13 Desember 1999, saya bermimpi lagi, dengan mimpi yang sama.
2.. Selasa, 14 Desember 1999, dalam mimpi saya bertemu dengan seorang pendeta pada suatu ibadah KKR, isi khotbah yang disampaikan mengenai akhir zaman, adanya penganiayaan dan pembantaian.
3.. Rabu, 15 Desember 1999, kurang lebih pukul 08.00 pagi, saya mendapatkan huruf "M" dengan darah di bawah kulit pada telapak tangan kanan saya. Dalam kebingungan dan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah saya akan mati? Saya bertanya kepada teman-teman dan pendapat mereka adalah bahwa kita akan memasuki millennium yang baru.

Walaupun pendapat mereka demikian saya tetap merasa tidak tenang serta gelisah karena dalam pikiran saya huruf "M" adalah mati, bahwa saya akan mengalami kematian. Saya hanya bisa berdoa dan membuka Alkitab. Sekitar pukul 15.00 saya membaca firman Tuhan dari Kitab Yeremia 33:3 "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab Engkau." Dan pada pukul 18.00, tanda huruf "M" di telapak tangan saya sudah hilang.

#Kampus dan Asrama Mahasiswa Doulos Diserang#
Pada malam hari tanggal 15 Desember 1999. kegiatan berlangsung biasa di dalam asrama kampus STT Doulos. Sebagian mahasiswa ada sedang belajar, yang lain memasak di dapur dan ada pula yang sedang berdiam. Saya sendiri sedang berbaring di kamar. Kurang lebih jam 21.00 malam itu, saya dibangunkan oleh seorang teman sambil berteriak: "Domi, bangun, kita diserang!" Saya langsung bangun dalam keadaan panic, saya langsung berlari ke halaman kampus dan melihat sebagian kampus kami yang telah terbakar. Saat itu saya berkata kepada Tuhan: "Tuhan, saya mau lari kemana? Tuhan, kalau saya lari lewat pintu gerbang depan pasti saya dibacok."

Sementara pikiran saya bertambah kalut ketika teringat akan tanda huruf "M" yang diberikan pada tangan saya. "Tuhan, apakah saya akan mati?" Saya menoleh ke belakang, ada beberapa teman sekamar yang lari menyelamatkan diri masing-masing.
Di belakang kampus kami dikelilingi pagar kawat duri setinggi 2 meter, saya tidak bisa melompat keluar dengan cara mengangkat kawat itu. Dengan tangan sedikit terluka akhirnya saya pun dapat keluar.

Kami sudah berada di luar pagar dengan keadaan takut dan gemetar karena di sana terdapat massa atau orang banyak yang tidak dikenal, mereka membawa golok, pentungan, batu dan botol berisi bensin atau Molotov. Kemudian kami berpisah dengan teman-teman, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka.

Saya lari menuju kos kakak tingkat semester 10, yang letaknya tidak jauh dari kampus. Sementara saya berlari, saya tetap berdoa kepada Tuhan: "Tuhan berkati saya, ampuni dosa dan kesalahan saya." Setiba di rumah kos itu, saya mengetuk pintu sebanyak 2 kali tetapi tidak ada yang membukakan pintu.

Ternyata di belakang saya ada 4 teman mahasiswi yang juga lari mengikuti dari belakang. Mereka memanggil saya: "Domi, ikut ke rumah kami" tetapi saya berkata kepada mereka, "biar saya bersembunyi di sini." Masih berada di depan rumah kos tersebut, saya berdoa lagi "Oh.. Tuhan, apakah malam ini saya akan mati? Ampuni dosa dan kesalahan saya."#Ditangkap oleh Massa#

Saya mengetuk pintu lagi, tetapi tidak ada orang yang menjawab, saya berdoa kembali: "Tuhan.. ini hari terakhir untuk saya hidup." Terdengar suara massa yang semakin mendekat kepada saya. Mereka berkata: "Itu mahasiswa Doulos, tangkap dia!" Ada juga yang berteriak: "Bantai dia, tembak!"

Seketika itu saya ditangkap dan saya hanya bisa berserah kepada Tuhan sambil berkata: "Tuhan saya sudah di tangan mereka, saya tidak bisa lari lagi."

Kemudian tangan saya diikat ke belakang dan mata saya ditutup dengan kain putih. Saya tetap berdoa dalam keadaan takut dan gemetar: "Tuhan ampuni dosa saya, pada saat ini Engkau pasti di samping saya." Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya entah dari mana, yang berkata: "Jangan takut, Aku menyertai engkau, Akulah Tuhan Allahmu." Setelah mendengar suara itu, rasa ketakutan dan kegentaran hilang, karena saya sudah pasrahkan kepada Tuhan.#Penganiayaan dan Kematian#

Mereka membawa saya ke tempat yang gelap, saya dipukuli dan ditendang. Saya dihadapkan dengan massa uang jumlah orangnya lebih banyak, saat itu mereka ragu, apakah saya mahasiswa Doulos atau warga sekitarnya. Sebagian massa ada yang terus mendesak untuk memotong dan membunuh saya.

Saya berdoa lagi: "Tuhan, fisik saya kecil, kalau saya mati, saya yakin masuk sorga. Saat ini saya serahkan nyawa saya ke dalam tangan kasih-Mu, ampunilah mereka." Saat itu kepala saya dipukul dari belakang dan terjatuh di atas batu, saya tidak sadar akan apa yang terjadi lagi.#Roh Saya Keluar Dari Tubuh#

Kemudian ... roh saya terangkat keluar dari tubuh saya, roh saya berbentuk seperti orang yang sedang start lari atau sedang jongkok, lalu lurus seperti orang yang berenang kemudian berdiri. Roh saya melihat badan saya dan berkata: "Kok badan saya tinggal" (sebanyak dua kali). Roh saya berdiri tidak menyentuh tanah dan tidak tahu mau berjalan kemana, karena di sekeliling saya gelap gulita, kurang lebih lima detik, roh saya berkata:
"Mau ke mana?"#Lima Malaikat Datang Menjemput Saya#

Saat itu ada lima malaikat datang kepada saya, dua berada di sebelah kiri, dua di sebelah kanan dan satu malaikat berada di depan saya. Tempat yang tadinya gelap gulita telah berubah menjadi terang dan saya sudah tidak dapat melihat badan saya lagi. Roh saya dibawa oleh malaikat-malaikat tersebut menuju jalan yang lurus, dan pada ujung jalan itu sempit seperti lubang jarum. Roh saya berkata: "Badan saya tidak dapat masuk." Tetapi malaikat yang di depan saya bisa masuk, lalu roh saya berkata lagi: "Badan rohani saya kecil pasti bia masuk." Kemudian roh saya masuk melalui lubang jarum tersebut.
"Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham." Lukas 16:22#Berada di Dalam Firdaus#

Saat itu saya sudah berada di dalam sebuah halaman yang luas. Halaman itu sangat luas, indah dan tidak ada apa-apa. Roh saya berkata: "Kalau ada halaman pasti ada rumahnya." Tiba-tiba saat itu ada rumah, saya dibawa masuk ke dalam rumah tersebut dan bertemu dengan banyak orang di kamar pertama. Roh saya berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, mereka ditempatkan di sini." Mereka sedang bernyanyi, bertepuk tangan, ada yang berdiri, ada yang duduk dan ada yang meniup sangkakala.

"Di rumah Bapaku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." Yohanes 14:2#Dibawa ke Ruangan Selanjutnya#

Saya dibawa oleh malaikat-malaikat ke kamar selanjutnya atau kedua, sama dengan kamar yang pertama, hanya disini roh saya melihat orang-orang dengan wajah yang sama dan postur tubuh yang sama. Kemudian saya dibawa lagi ke kamar yang ketiga, yang sama dengan kamar yang pertama. Dan roh saya berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, ditempatkan di sini." Lalu roh saya dibawa ke kamar yang keempat yaitu kamar yang terakhir, pada saat ini saya hanya sendiri, tidak disertai oleh malaikat-malaikat tadi. Kamar itu kosong, lalu roh saya berkata: "Ini penghakiman terakhir, saya masuk sorga atau neraka."

"Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Eloim sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Eloim? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?" 1 Petrus 4:17-18#Bertemu dengan Tuhan Yesus#

Kemudian roh saya berjalan tiga sampai empat langkah, di depan saya ada sinar atau cahaya yang sangat terang seperti matahari, maka roh saya tidak dapat menatap. Saya menutup mata dan terdengar suara: "Berlutut!" Seketika itu roh saya berlutut, terlihat sebuah kitab terbuka dan dari dalamnya keluar tulisan yang masuk ke mata saya yang masih tertutup, tulisan timbul dan hilang terus menerus, roh saya berkata: "Tuhan...! ini perbuatan saya minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu. Saya melakukan yang jahat dan saya tidak pernah mengaku dosa pribadi, sehingga Engkau mencatatnya di sini."

"Tuhan...! Saya ingin seperti saudara-saudara di kamar pertama, yang selalu memuji dan memuliakan Engkau. Tuhan...! Saya tahu Engkau mati di atas kayu salib untuk menebus dosa saya, saya rindu seperti saudara-saudara yang berada di kamar pertama, kedua dan ketiga yang selalu memuji-muji Engkau."

Sesudah itu tulisan yang keluar dari kitab itu hilang, buku manjadi bersih tanpa tulisan, kemudian buku itu hilang dan sinar yang terang itupun hilang dan ada suara berkata: "Pulang! Belum saatnya untuk melayani Aku."

Saya melihat-lihat dari mana arah suara itu datang, saya melihat ada seorang di samping kanan. Orang tersebut badan-Nya seperti manusia, rambut hingga ke lehernya bersinar terang. Jubah-Nya putih hingga menutupi kedua tangan-Nya dan bawah jubah-Nya menutupi kaki-Nya. Ia menunggangi seekor kuda putih dengan tali les yang putih. Lalu roh saya berkata: "Ini Tuhan Yesus, Dia seperti saya, Dia Eloim yang hidup."

"Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar" Ia menghakimi dan berperang dengan adil." Wahyu 19:11
Kemudian Tuhan Yesus tidak nampak lagi dan seketika itu roh saya dibawa pulang ke dalam tubuh saya. Saat itu juga ada nafas, ada pikiran dan saya berpikir, tadi saya bersama dengan Tuhan Yesus. Setelah itu saya mencoba beberapa kali untuk bangun dan mengangkat kepala, tetapi tidak bisa, terasa sakit sekali, saya baru sadar bahwa leher saya telah dipotong dan hampir putus, kemudian saya dibuang ke semak-semak dengan ditutupi daun pisang. Saya merasa haus, lalu menggerakkan tangan mengambil darah tiga tetes dan menjilatnya, lalu badan saya mulai bergerak.

Saya berdoa: "Tuhan, lewat peristiwa ini saya telah bertemu dengan Engkau, dan Engkau memberikan nafas dan kekuatan yang baru sehingga aku hidup kembali, tapi Tuhan, Engkau gerakkan orang supaya ada yang membawa saya ke rumah sakit."

Tuhan menjawab doa saya, malam itu ada orang yang mendekati saya dengan memakai lampu senter, lalu bertanya: "Kamu dari mana?" Saya tidak bisa menjawab, karena saya tidak dapat berbicara lewat mulut, tidak ada suara yang keluar, hanya hembusan nafas yang melalui luka-luka menganga pada leher. Kemudian orang tersebut memanggil polisi.

Puji Tuhan! Dikira sudah meninggal tetapi masih hidup. Mereka mengira saya sudah meninggal, mereka mengangkat dan membawa saya ke jalan raya. Kemudian polisi mencari identitas atau KTP saya, ternyata tidak ditemukan. Tanpa identitas, mereka bermaksud membawa saya ke sebuah rumah sakit lain, tetapi saya ingat kembali akan suara Tuhan dan takhta-Nya di sorga, ternyata ada kekuatan baru dari Tuhan Yesus yang memampukan saya dapat berbicara.

Tiba-tiba saya berkata: "Nama saya Dominggus, umur saya 20 tahun, semester III, tinggal di asrama Doulos, saya berasal dari Timor."

Orang-orang yang sedang melihat dan mendengar saya, berkata: "Wah, dia dipotong dari jam berapa? Sekarang sudah jam 02.30 pagi, tapi dia masih hidup."#Perjalanan ke Rumah Sakit UKI#

Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil dan meletakkan saya di bawah. Saya tetap mengingat peristiwa ketika Tuhan Yesus dianiaya. Sementara mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, saat melewati jalan berlubang atau tidak rata mobilpun berguncang dan saya merasa sangat sakit sekali pada luka di leher. Saya katakan kepada Tuhan: "Tuhan, apakah saya dapat bertahan di dalam mobil ini? Tuhan ketika Engkau di atas kayu salib, Engkau meminum cuka dan empedu, tetapi saya menjilat darah saya sendiri karena tidak ada orang yang menjagai saya."

Saya membuka mata, ternyata memang tidak ada seorangpun yang menjagai saya, hanya seorang supir. Tetapi saya melihat beberapa malaikat berjubah puith menjaga dan mengelilingi saya. Saya katakan: "Tuhan ini malaikat-malaikat pelindung saya, mereka setia menjagai." Saya harus berdoa agar tetap kuat.#Perawatan di Rumah Sakit#

Setiba di rumah sakit, suara saya dapat normal kembali. Saya dapat berbicara dan bertanya kepada perawat: "Bapak saya mana?" perawat RS bertanya kepada saya: "Bapakmu siapa?" Saya jawab: "Bapak Ruyandi Hutasoit." Ketika Bpk. Ruyandi menemui saya, ia berkata: "Dominggus.. leher kamu putus!" Jawab saya: "Bapak doakan saya, sebab saya tidak akan mati, saya telah bertemu dengan Tuhan Yesus." Lalu Bpk. Ruyandi mendoakan dan menumpangkan tangan atas saya.

Setelah itu saya mendapat perawatan, seorang dokter ahli saraf hanya menjahit kulit leher saya, karena luka bacokan sudah menembus sampai ke tulang belakang leher, sehingga cairan otak mengalir keluar, saluran nafas dan banyak saraf yang putus. Kemudian saya dirawat tiga hari di ruangan ICU dan selama perawatan saya tidak diberikan transfusi darah pendapat dokter pada saat itu adalah bahwa saya akan mati dan saya tidak diharapkan hidup, mengingat cairan otak yang telah keluar dan infeksi yang terjadi pada otak, yang semua itu akan menimbulkan cacat seumur hidup.#Mukjizat Kesembuhan Terjadi#

Tanggal 19 Desember 1999 dengan panas badan 40°C dan seluruh wajah yang bengkak karena infeksi, saya dipindahkan keluar dari ruang ICU, dikarenakan ada pasien lain yang sangat memerlukan dan masih mempunyai harapan hidup yang lebih besar daripada saya.
Pada malam hari, roh saya kembali keluar untuk kedua kali dari tubuh saya, roh saya melihat suasana kamar dimana saya dirawat dan kemudian roh saya berjalan sejauh kurang lebih dua atau tiga kilometer dalam suasana terang di sekeliling saya. Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya: "Pulang..pulang...!"

Seketika itu juga, roh saya kembali ke dalam tubuh saya, suhu tubuh menjadi normal dan tidak ada lagi infeksi. Kemudian terdengar bunyi seperti orang menekukkan jari-jari pada leher saya, lalu otot, tulang, saluran nafas dan saraf-saraf tersambung dalam sekejab mata, saya merasa tidak sakit dan dapat menggerakkan leher. Sesudah itu saya diberi minum dan makan bubur.
Saya sudah hidup kembali, dengan kesehatan yang sangat baik. Puji Tuhan!Keluar dari Rumah Sakit dalam Keadaan Sembuh Total

Saya berada di rumah sakit sejak tanggal 16 Desember 1999 dini hari dan keluar dari rumah sakit pada tanggal 29 Desember 1999, dengan berat badan normal dibanding dua minggu yang lalu karena banyak darah dan cairan yang telah keluar. Saya telah sembuh sempurna, tanpa cacat, tanpa perawatan jalan, saya hidup kembali dengan normal.
"Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sungguh Eloim yang hidup dan ajaib, terpujilah nama-Mu kekal sampai selamanya, amin!"

Sumber : http://anakterang.blogspot.com/

Hidup Dicengkeram Virus Ganas Mematikan





Berawal dari rasa kesemutan biasa pada jari tangannya, Diana tidak menyadari bahwa itu adalah awal dari kehancuran hidupnya.

Suatu pagi ketika Diana hendak bangun tidur, Diana merasakan sesak di dadanya. Ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya dan ia sama sekali tidak dapat berjalan. Dengan rasa cemas, orang tua Diana membawanya ke rumah sakit. Setelah mendapat perawatan oleh dokter dari rumah sakit tersebut, Diana diperbolehkan kembali ke rumah.

Diana kembali ke rumah dengan kondisi yang sudah jauh berbeda. Diana tidak lagi seperti dulu yang selalu ceria. Beberapa hari di rumah, kembali Diana mengalami gejala yang sama dan untuk kedua kalinya ia dilarikan kembali ke rumah sakit. Namun kali ini tubuh Diana sudah lumpuh total.

Hanya dalam waktu satu bulan, hidup Diana seperti berada di ujung tanduk. Dokter menemukan virus ganas yang mematikan bersarang di tubuhnya. Menurut Dr. Freddy Sitorus, dokter yang menangani Diana, kalau hal ini tidak cepat diatasi maka virus itu bisa menyerang syaraf pernafasan dan bila hal itu sampai terjadi maka akan berakibat fatal bagi nyawa Diana.
"Syaraf utama dalam tubuh saya sudah terkena virus dan semuanya sudah mati rasa...," ujar Diana sambil menangis saat membagikan kisah hidupnya kepada tim Solusi.
Seperti disayat, kenyataan pahit itu juga dirasakan oleh kedua orang tua Diana.
"Dunia seperti runtuh rasanya. Saya hanya berdoa kepada Tuhan agar anak saya disembuhkan," ujar Merry Sitorus, ibunda Diana.

Namun bayang-bayang kematian semakin dekat mengejar Diana. Hidupnya hanya bergantung pada suntikan demi suntikan.

"Saya tidak siap untuk meninggal saat itu. Saya tidak bisa bernafas, dan saya baru menyadari bahwa ternyata nafas itu mahal," ujar Diana sambil menahan sakit.

Diana juga sempat marah dan kecewa dengan Tuhan. Diana merasa bahwa segala usaha dan harapannya yang telah ia gantungkan sepenuhnya kepada Tuhan sepertinya sia-sia. Di saat Diana mengalami kekecewaan yang berkepanjangang, Dr. Freddy Sitorus menyarankan Diana untuk mengikuti sebuah kebaktian kebangunan rohani di Ancol yang dibawakan oleh Rev. Benny Hinn. Menurutnya kalau manusia tidak dapat menyembuhkan, maka Tuhan pasti bisa meyembuhkan.

Iman Diana yakin bahwa hidupnya masih ada harapan. Namun di tengah lautan manusia danmatahari yang membakar Ancol, tiba-tiba saja Diana kehabisan oksigen. Ketika tim doa dari Benny Hinn mendatangi Diana dan berdoa baginya, tanpa disadari lawatan Tuhan terjadi pada hidup Diana.

"Hati saya seperti plong dan ada hawa hangat di pinggang saya," ujar Diana.
Ketika mereka menyuruh Diana berdiri, maka dengan perlahan Diana mulai bangkit dan dapat berdiri. Diana naik ke atas panggung dan disambut oleh Benny Hinn. Kemudian dengan rasa sukacita yang luar biasa, Diana mulai bisa menggerakkan seluruh tubuhnya tanpa ada rasa sakit.

"Saya tidak pernah menangis. Tetapi saat itu, tangis saya tumpah dan saya kagum atas keajaiban dan kedahsyatan Tuhan terhadap anak saya. Sungguh hebat Kau Tuhan," ujar M.Panjaitan, Ayah Diana, menutup kesaksian ini.

Nafas itu memang mahal, dan yang membuat nafas itu adalah sebuah Pribadi yang sungguh luar biasa. Jadi, hargailah Tuhan. (Kisah ini ditayangkan 3 Desember 2009 dalam acara Solusi Life di O'channel)


Nara Sumber :
Diana Panjaitan

Kesaksian Andy F Noya


Malam itu saya gelisah. Tidak bisa tidur. Pikiran saya bekerja ekstra keras. Dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Sampai jam tiga dini hari otak saya tetap tidak mampu memecahkan masalah yang saya hadapi. Tadi sore saya mendapat kabar dari rumah sakit tempat kakak saya berobat. Menurut dokter, jalan terbaik untuk menghambat penyebaran kanker payudara yang menyerang kakak saya adalah dengan memotong kedua payudaranya. Untuk itu, selain dibutuhkan persetujuan saya, juga dibutuhkan sejumlah biaya untuk proses operasi tersebut.

Soal persetujuan, relatif mudah. Sejak awal saya sudah menyiapkan mental saya menghadapi kondisi terburuk itu. Sejak awal dokter sudah menjelaskan tentang risiko kehilangan payudara tersebut. Risiko tersebut sudah saya pahami. Kakak saya juga sudah mempersiapkan diri menghadapi kondisi terburuk itu. Namun yang membuat saya tidak bisa tidur semalaman adalah soal biaya. Jumlahnya sangat besar untuk ukuran saya waktu itu. Gaji saya sebagai redaktur suratkabar tidak akan mampu menutupi biaya sebesar itu. Sebab jumlahnya berlipat-lipat dibandingkan pendapatan saya. Sementara saya harus menghidupi keluarga dengan tiga anak. Sudah beberapa tahun ini kakak saya hidup tanpa suami. Dia harus berjuang membesarkan kelima anaknya seorang diri. Dengan segala kemampuan yang terbatas, saya berusaha membantu agar kakak dapat bertahan menghadapi kehidupan yang berat. Selain sejumlah uang, saya juga mendukungnya secara moril. Dalam kehidupan sehari-hari, saya berperan sebagai pengganti ayah dari anak-anak kakak saya.

Dalam situasi seperti itu kakak saya divonis menderita kanker stadium empat. Saya baru menyadari selama ini kakak saya mencoba menyembunyikan penyakit tersebut. Mungkin juga dia berusaha melawan ketakutannya dengan mengabaikan gejala-gejala kanker yang sudah dirasakannya selama ini. Kalau memikirkan hal tersebut, saya sering menyesalinya. Seandainya kakak saya lebih jujur dan berani mengungkapkan kecurigaannya pada tanda-tanda awal kanker payudara, keadaannya mungkin menjadi lain. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Pada saat saya akhirnya memaksa dia memeriksakan diri ke dokter, kanker ganas di payudaranya sudah pada kondisi tidak tertolong lagi. Saya menyesali tindakan kakak saya yang "menyembunyikan" penyakitnya itu dari saya, tetapi belakangan -- setelah kakak saya tiada -- saya bisa memaklumi keputusannya. Saya bisa memahami mengapa kakak saya menghindar dari pemeriksaan dokter.

Selain dia sendiri tidak siap menghadapi kenyataan, kakak saya juga tidak ingin menyusahkan saya yang selama ini sudah banyak membantunya. Namun ketika keadaan yang terbutruk terjadi, saya toh harus siap menghadapinya. Salah satu yang harus saya pikirkan adalah mencari uang dalam jumlah yang disebutkan dokter untuk biaya operasi.

Otak saya benar-benar buntu. Sampai jam tiga pagi saya tidak juga menemukan jalan keluar. Dari mana mendapatkan uang sebanyak itu? Kadang, dalam keputus-asaan, terngiang-ngiang ucapan kakak saya pada saat dokter menganjurkan operasi. "Sudahlah, tidak usah dioperasi. Toh tidak ada jaminan saya akan terus hidup," ujarnya. Tetapi, di balik ucapan itu, saya tahu kakak saya lebih merisaukan beban biaya yang harus saya pikul. Dia tahu saya tidak akan mampu menanggung biaya sebesar itu.

Pagi dini hari itu, ketika saya tak kunjung mampu menemukan jalan keluar, saya lalu berlutut dan berdoa. Di tengah kesunyian pagi, saya mendengar begitu jelas doa yang saya panjatkan. "Tuhan, sebagai manusia, akal pikiranku sudah tidak mampu memecahkan masalah ini. Karena itu, pada pagi hari ini, aku berserah dan memohon Kepada-Mu. Kiranya Tuhan, Engkau membuka jalan agar saya bisa menemukan jalan keluar dari persoalan ini." Setelah itu saya terlelap dalam kelelahan fisik dan mental.

Pagi hari, dari sejak bangun, mandi, sarapan, sampai perjalanan menuju kantor otak saya kembali bekerja. Mencari pemecahan soal biaya operasi. Dari mana saya mendapatkan uang? Adakah Tuhan mendengarkan doa saya? Pikiran dan hati saya bercabang. Di satu sisi saya sudah berserah dan yakin Tuhan akan membuka jalan, namun di lain sisi rupanya iman saya tidak cukup kuat sehingga masih saja gundah.

Di tengah situasi seperti itu, handphone saya berdering. Di ujung telepon terdengar suara sahabat saya yang bekerja di sebuah perusahaan public relations. Dengan suara memohon dia meminta kesediaan saya menjadi pembicara dalam sebuah workshop di sebuah bank pemerintah. Dia mengatakan terpaksa menelepon saya karena "keadaan darurat". Pembicara yang seharusnya tampil besok, mendadak berhalangan. Dia memohon saya dapat menggantikannya.

Karena hari Sabtu saya libur, saya menyanggupi permintaan sahabat saya itu. Singkat kata, semua berjalan lancar. Acara worskshop itu sukses. Sahabat saya tak henti-henti mengucapkan terima kasih. Apalagi, katanya, para peserta puas. Bahkan pihak bank meminta agar saya bisa menjadi pembicara lagi untuk acara-acara mereka yang lain. Sebelum meninggalkan tempat workshop, teman saya memberi saya amplop berisi honor sebagai pembicara. Sungguh tak terpikirkan sebelumnya soal honor ini. Saya betul-betul hanya berniat menyelamatkan sahabat saya itu.

Tapi sahabat saya memohon agar saya mau menerimanya. Di tengah perjalanan pulang hati saya masih tetap risau. Rasanya tidak enak menerima honor dari sahabat sendiri untuk pertolongan yang menurut saya sudah seharusnya saya lakukan sebagai sahabat. Tapi akhirnya saya berdamai dengan hati saya dan mencoba memahami jalan pikiran sahabat saya itu. Malam hari baru saya berani membuka amplop tersebut. Betapa terkejutnya saya melihat angka rupiah yang tercantum di selembar cek di dalam amplop itu. Jumlahnya sama persis dengan biaya operasi kakak saya! Tidak kurang dan tidak lebih satu sen pun. Sama persis!
Mata saya berkaca-kaca. TUHAN, Engkau memang luar biasa. Engkau Maha Besar. Dengan cara-MU Engkau menyelesaikan persoalanku. Bahkan dengan cara yang tidak terduga sekalipun. Cara yang sungguh ajaib!

Esoknya cek tersebut saya serahkan langsung ke rumah sakit. Setelah operasi, saya ceritakan kejadian tersebut kepada kakak saya. Dia hanya bisa menangis dan memuji kebesaran Tuhan. Tidak cukup sampai di situ. Tuhan rupanya masih ingin menunjukkan kembali kebesaran-Nya. Tanpa sepengetahuan saya, Surya Paloh, pemilik harian Media Indonesia tempat saya bekerja, suatu malam datang menengok kakak saya di rumah sakit. Padahal selama ini saya tidak pernah bercerita soal kakak saya.

Saya baru tahu kehadiran Surya Paloh dari cerita kakak saya esok harinya. Dalam kunjungannya ke rumah sakit malam itu, Surya Paloh juga memutuskan semua biaya perawatan kakak saya, berapa pun dan sampai kapan pun, akan dia tanggung. TUHAN Maha Besar!

"Renungan indah tentang jalan Tuhan yg tak pernah kita duga...dan selalu indah pada waktunya," -Andy F. Noya.

KASIH KRISTUS MENYERTAI KITA SEMUA....

Sumber : http://www.pl-kristus.co.cc/





Klik Icon "GUEST" untuk memulai Chat bersama kami

Follow ya bloggers :) twitternya sudah ane setting, jadi setiap ada update lagu terbaru, otomatis muncul ditwitter